Pilgub Sultra 2018 : Kepemimpinan, dan Ekonomi Daerah

Pemilihan kepala daerah (gubernur) Sultra yang masuk dalam jadwal pilkada serentak jilid III tahun 2018 beberpa bulan lagi digelar. Tepatnya Bulan Juni 2018 untuk kepala daerah yang masa jabatannya berakhir pada 2018 dan 2019.
Bisa kita bayangkan, betapa riuhnya gelaran pilkada kali ini. Setiap pasangan calon, dengan tim suksesnya, tentu akan menggunakan berbagai strategi untuk memenangkan pertarungan. Itu bisa dilakukan, apakah melalui kampanye terbuka atau pun kampanye tertutup (dialogis), promosi sosok sang calon melalui media massa, atau pun pemanfaatan media sosial yang kini demikian menjamur di masyarakat.
Semua itu sudah lazim dalam sebuah persaingan, tak terkecuali dalam persaingan memperebutkan kursi nomor satu di daerah Sultra. Hanya saja, kita berharap, cara-cara meraih kursi kepemimpinan di daerah tidak mesti membuat para kontestan gelap mata. Demi meraih kursi kepemimpinan daerah, mereka “menghalalkan” segala cara, termasuk menebarkan kampanye hitam (black campaign). Ini yang harus dihindari.
Apa pun ragam cerita di balik penyelenggaraan Pilgub Sultra 2018, muara dari semua itu adalah terpilihnya seorang pemimpin daerah yang amanah, yakni pemimpin yang menghadirkan kekuasaan sebagai wujud berkedaulatan rakyat. Jika rakyat sudah dirasuki dan terseret praktik-praktik kampanye hitam maka tujuan utama pilkada yakni aktualisasi kedaulatan rakyat tidak tercapai.
Kenegarawanan Pemimpin
Karena itu sangatlah penting bagi pasangan calon, juga bagi rakyat, bahwa hakekat Pilgub Sultra bukan sekedar fenomena atau peristiwa politik semata. Lebih dari sekadar sebuah pesta demokrasi, pilkada merupakan sebuah momentum memlih orang terbaik di daerah untuk kelak bisa membawa gerbong Sultra menjadi lebih baik.
Siapa pun yang terpilih, dia akan memberi warna yang sangat kuat terhadap Sultra. Maju-mundurnya daerah, putih maupun hitamnya daerah, aman dan tidaknya kondisi daerah, akan diwarnai oleh sang pemimpinnya. Pemimpin itu ibarat pohon yang kokoh dan kuat, yang akan membuat batang, ranting, daun, dan buahnya tumbuh segar dan ranum di antara dedaunan.
Kita berharap Pilgub Sultra 2018 ini akan memunculkan orang-orang terbaik yang mampu membawa Sultra menjadi jauh lebih baik di masa depan. Mereka haruslah pemimpin yang memiliki integritas (integrity), yakni memiliki kepribadian yang utuh/berwibawa (kharisma). Mereka adalah sosok yang bijaksana (wisdom); bersikap empatik; memiliki prinsip-prinsip yang utama dalam hidupnya; dan selalu menjadi panutan di masyarakat.
Di atas semua itu, mereka haruslah pemimpin yang mengutamakan kepentingan yang lebih besar ketimbangan kepentingan kecil dan sempit. Mereka adalah sosok-sosok yang secara total mengerahkan segenap potensi yang ada pada dirinya untuk kemajuan daerah, bangsa, dan negara. Mereka tidak tergoda pada kepentingan sempit untuk diri dan keluarganya, dan tidak terjebak pada kepentingan partai yang mengusung atau memayunginya.
Dalam bahasa yang keren, itulah sejatinya seorang pemimpin yang sekaligus dalam dirinya melekat sikap seorang negarawan: mengutamakan kepentingan umum atau bonum publicum. Sifat-sifat tersebut selaras dengan prinsip-prinsip kepemimpinan modern, di mana setiap pemimpin harus memiliki visi, punya ide-ide besar yang visioner dan menjadi referensi utama bagi yang dipimpin.
Para calon pemimpin Sultra yang akan bertarung pada bulan Juni 2018 mendatang tentu harus memiliki kemampuan (ability) dan kapasitas (capacity) dasar, seperti keahlian/kecakapan (skill) dalam berkomunikasi, kepiawaian dalam memotivasi, pengetahuan yang memadai, pengalaman, serta kemampuan mengembangkan pengaruh (influence).
Namun, pemimpin yang juga seorang negarawanan memiliki sikap/ karakter yang lebih dari itu. Ia menjadi teladan kejujuran dalam berdemokrasi, keteguhan, kesolidan, keberanian, dan kerendahan hati. Ia menjadi inspirasi bagi masyarakatnya.
Harus secara jujur kita akui, bangsa ini sudah semakin kekeringan akan pemimpin yang juga seorang negarawan. Padahal, sejarah telah mencatat nama-nama besar, yakni para Bapak Bangsa (The Founding Fathers), yang dengan jiwa besar dan semangat luar biasa telah mengorbankan kepentingan diri pribadi dan kelompok demi berdirinya sebuah negara bangsa: Republik Indonesia. Mungkinkah Pilgub Sultra 2018 akan melahirkan pemimpin Sultra yang juga seorang negarawan? Itulah harapan kita.
Pacu Gairah Ekonomi
Tidak hanya melahirkan seorang pemimpin yang negarawan, Pilgub Sultra 2018 juga harus bisa melahirkan pemimpin yang punya visi ekonomi kuat. Bolehlah Pilgub Sultra 2018 selalu diidentikkan dengan adu kekuatan politik. Namun, peristiwa ini sejatinya harus merupakan momentum bagi para calon pemimpin Sultra untuk menawarkan visi dan misi bagaimana membangun perekonomian di Sulawesi Tenggara.
Harus disadari bahwa Pilgub Sultra 2018 hanya berlangsung sekali dan dalam sehari itu, tapi setelah itu, masyarakat akan kembali dengan aktivitas rutinnya. Makanya sangatlah penting bagi publik – masyarakat untuk memilih pemimpin yang benar-benar mampu membuat Sultra tumbuh dan berkembang secara ekonomi. Dengan begitu daerah Sultra menjadi tempat hidup dan bergantung yang kokoh bagi masyarakatnya.
Pemimpin yang terpilih nantinya juga harus mampu menjadikan daerahnya memiliki daya tarik investasi bagi dunia usaha, daya tarik wisata bagi para pelancong, dan daya tarik masyarakat dari daerah lain untuk menikmati berbagai hal baru dan unik di daerah Sultra. Dengan demikian, lambat laun daya tarik dari bidang lain seperti wisata dan lainnya akan menjadi satu dan menimbulkan kekuatan ekonomi baru bagi daerah Sultra.
Adalah penting bagi calon kepala daerah untuk memahami secara mendalam berbagai potensi ekonomi yang layak dikembangkan di Sultra. Bagaimana mungkin sang calon menyatakan komitmennya yang kuat untuk memajukan perekonomian daerah tetapi ia sendiri tidak menguasai situasi dan kondisi ekonomi di daerah tersebut.
Sebagai pemimpin daerah kelak, ia harus bisa menakar apa dan bagaimana arah, target, dan capaian berbagai program di bidang ekonomi yang akan disusun dan dilaksanakan. Tanpa adanya kemampuan untuk itu, pencapaian kesejahteraan rakyat adalah sebuah utopia. Suka atau tidak suka, itulah sesungguhnya ukuran riil sebuah masyarakat yang maju dan sejahtera.
Ini semua sangat tergantung pada bagaimana sang pemimpin daerah dan jajaran birokrasi yang dipimpinnya mampu mendorong perekonomian daerah untuk bergerak lebih cepat dengan intensitas yang lebih tinggi. Hanya dengan demikian, akan tercapai pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, penciptaan lapangan kerja yang lebih banyak, kondisi harga yang lebih stabil, serta kesejahteraan rakyat yang lebih baik di Sulawesi Tenggara.